Temanku yang ‘Best’




Siapa sangka, waktu MA dulu aku bisa bersahabat dengan orang sehebat Moh. Alfaiz Sa’di, Ali Hisyam, Naufil Istikhari, A. Rusliyanto, Abdurrahman, Farhi Muqaddas, Ach. Rofiq, Masduki, Wildan, Fanani Fudhali, Mahalli, Maufiqurrahman, Umar Faruq, Febriansyah dan beberapa orang lainnya. Waktu itu aku hanya menjadi pengagum mereka, tak ada talenta lebih yang dapat membawaku berada di lingkaran orang hebat seperti mereka.
Saat sampai di Jogjakarta—waktu itu Imam Musthafa membawaku ke PP. Hasyim Asy’ari (Kutub), sehingga aku tertarik untuk tinggal di pesantren yang di dirikan almarhum Gus Zainal itu—kembali Tuhan mempertemukanku dengan orang-orang yang membuatku terbelalak kagum karena talenta yang mereka miliki. Mereka itu adalah para penulis yang namanya seringkali mewarnai media massa. Orang-orang luar biasa itu adalah: Muhammad Muhibuddin, M. Sanusi, Fathorrahman MD, Juma Darmapoetra, Romadhan MK, Rachem Siyaezha, Nick, Fathorrahman Hasbul, Moh. Fathollah, Imam Musthafa, Jufri, Nur Kholis Anwar, Iksan Basoeki, Muhlisin, Ca’ Takul, Abdullah, Sigit dan beberapa sahabatku yang luar biasa lainnya. Diantara mereka, aku tetap istiqamah menjadi orang lemah yang tidak tahu apa-apa.
 Lagi-lagi saat aku masuk di kelas Filsafat UIN Sunan Kalijaga, Tuhan kembali menakdirkanku berjumpa dengan mahasiswa yang dipenuhi dengan semangat dan pengetahuan luas. Mahasiswa yang selalu haus dengan ilmu pengetahuan. Mahasiswa yang selalu tidak puas dengan ilmu yang didapat. Mereka itu adalah Supriyadi, Mahrus, Jakfar, Syamsul, Siro, Gatot Hadi, Irawan, Eko, Ietha, Mahmudin, Fazlur, Pajang dan beberapa temanku lainnya. Dan tetap saja, dibanding dengan mereka semua, aku masih seorang yang tidak bisa berbuat apa-apa. Aku hanya orang kecil yang selalu menatap mereka ke atas.
Dalam dekapan sunyi pengetahuan dalam diriku, ingin rasanya talenta yang seperti miliki juga mengalir dalam jiwaku. Bahkan kerapkali aku tersenyum iri jika mendengar kabar sahabat-sahabatku sudah meraih banyak prestasi. Inilah beberapa prestasi yang cukup membanggakan: kemarin karya tulis Naufil Istikhari sudah mejeng di Harian JogloSemar, 10 November 2010. A. Rusliyanto dinobatkan menjadi juara ketiga lomba depat OPAK 2010. Umar Faruq mendapat kepercayaan penuh dari rektor UNCOK. Moh. Alfa’iz juara pertama debat bahasa arab di Jakarta. Maufiqurrahman dan Mahalli dipercaya menjadi orator ulung di Malang. Melihat semua itu aku hanya bisa tersenyum bangga meski dadaku remuk oleh tanya, “mengapa aku tidak semujur mereka?”
Dalam kondisi seperti ini aku selalu teringat pesan ibu, “ibarat beras, dia tidak akan menjadi putih jika tidak pernah bergesek dengan beras lainnya.” Mendengar itu aku hanya bisa tersenyum. Berharap selalu bisa bersama dengan orang-orang luar biasa itu. mungkin dengan begitu apa yang di katakan Ibu menjadi nyata.
“Aku berjanji akan membahagiakanmu Ibu”
Rabu, 05 Januari 2011


Sahabat-Sahabatku Saat di MA Tahfidh Annuqayah (2007-2010)




Sahabat Sekaligus Guruku di PP. Hasyim Asy'ari (Kutub)
Sahabat-Sahabat Diskusiku di Kelas Aqidah dan Filsafat

1 komentar: