Mimpi Manusia Kere


Makan nasi telur, minumnya es teh, ditambah gorengan dua. Rp. 6.800,- menyelesaikan masalah, perut tak lagi menggerutu, pening di kepala tak lagi bertamu, atau rasa nyeri tak lagi mencubit lambung. Uang Rp. 30.000,- yang dipinjami Eko berarti sudah tinggal Rp. 23. 200,-. Ah, akhir-akhir ini aku memang cenderung menjadi pendekar hutang daripada pahlawan masa depan yang pandai menabung.
Dalam kondisi kere seperti ini aku mengandai, kalau seandainya aku banyak uang aku akan membelikan novel “Sang Pemimpi” untuk Gayus HP Tambunan, agar dia belajar banyak bagaimana cara bermimpi yang baik. Juga, ingin membeli harian Kedaulatan Rakyat (KR) untuk raja Indonesia, Pak SBY, agar masalah Jogja ini segera diselesaikannya. Bosan aku jika terus menerus mendengar berita itu.
Kata Izzat, teman baruku di kelas Aqidah dan Filsafat, memberitahuku kalau beasiswa Penguatan Prodi akan cair hari kamis (13/01/11). Aku tersenyum. Berarti sebentar lagi aku akan memunyai ATM dengan uang satu juta rupiah di dalamnya.
Berbagai macam rencana untuk membeli buku mulai bermunculan dalam benak. Buku pertama yang ingin aku beli adalah Pengantar Filsafat, karya Louis O. Katsof. Kemudian Sejarah Filsafat Barat, tulisan Betrand Russel. Selanjutnya tiga karya Fauz Noor, Tapak Sabda, Semesta Sabda dan Berpikir seperti Nabi. Kalau masih ada sisa uang—karena uang untuk membeli buku hanya empat ratus ribu, sedangkan enam ratus ribunya untuk membayar uang semester—aku ingin membeli novel Ronggeng Dukuh Paruk, karangan Ahmad Thohari.
Oh ya, aku lupa, bagaimana dengan janjiku untuk membeli Sang Pemimpi dan harian Kedaulatan Rakyat? Kalau Pak SBY tak menjadi masalah, karena seorang pempin itu pasti cerdas, dan kalau beliau benar-benar cerdas pasti dengan cepat menyelesaikan masalah ini. Yang saya takutkan adalah adinda Gayus, dia harus membaca Sang Pemimpi agar tahu mimpi yang benar seperti apa.
Tolong beri aku saran untuk menjawab pertannyaan ini.
Rabu, 12 Januari 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar