Perempuan Itu


Langit sejuk membiru menghampar luas keindahan seni. Dari arah selatan, dalam balutan kerudung hitam, senyum yang sudah lama aku kenal terlihat baru di mataku. Pemilik senyum itu melintas di depanku. Amboi. Di hatiku terasa tumbuh tujuh rupa bunga yang akarnya disiram madu gunung oleh Mahabrata. Harum semerbak menyusup di setiap celah dalam dada. Ingin rasanya berlama-lama melihatnya, sebuah karya agung yang sarat dengan nilai seni tinggi, namun dia cepat pergi. Dari langkah kakinya seakan dia menyuruhku untuk tidak lagi mengejar dirinya.
Kemarin aku sudah berjanji untuk tidak lagi bercerita tentang dirinya. Dan hari ini aku kembali menulis cerita cinta ini. Ini kesalahanku. Tak perlu aku menyalahkan dia meski telah membuatku tak berdaya untuk kembali menulis cerita ini, karena jiwaku sudah tidak mampu untuk menampung sendiri rasa ini.  
Jika dilihat dari sikap yang ia berikan padaku. Sepertinya dia terganggu dengan kehadiranku. Dengan usahaku untuk mendekatinya. Aku pun harus mengerti. Meskipun keinginan untuk bersama dengannya begitu besar menindih keinginan lainnya dalam jiwaku. akan kubiarkan dia pergi Menjauh tanpa aku ganggu lagi. Tapi kenapa bayangannya selalu saja datang padaku? Kenapa tidak juga berusaha pergi jauh dariku?
Senin, 10 Januari 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar