Perihal Tentang Foto-Fotoku



Pengantar
          Ini foto-fotoku ketika mengikuti Orientasi Pengenalan Akademik Kampus (OPAK) UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Foto yang mengingatkanku pada cerita-cerita nakal yang tidak masuk akal. Karena pada waktu OPAK ada jin jahat yang merasuki tubuhku kemudian mengendalikan semua gerak-perbuatanku.  Jadi, jika Anda (panitia dan peserta OPAK 2010) mengira aku ini orang gila, karena melihat aku suka bersikap tidak seperti orang waras pada waktu OPAK, itu adalah prasangka yang salah. Karena pada waktu itu ada jahat yang menggerakkan semua perbuatanku.  


 Siapa yang paling tampan di antara kami berempat (dari kanan ke kiri: Supriyadi, Jakfar Shodiq, Rusliyanto dan aku (Ayie’))? Kalau boleh tidak jujur, jawabannya pasti aku. Lihat saja. Peci hitam dan kacamatanya mengingatkan kita pada tokoh pluralis, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) saat berumur sembilan belas tahun. Meski tidak tersenyum sempurna (tak seperti yang lain) manisnya sudah... wah. Ini masih jawaban tidak jujur.
Dan jika Anda minta jawaban yang jujur, yang bersumber dari hati nurani, yang tidak bercampur dengan kebohongan sedikitpun, jawabanya masih tetap aku. Lihat saja. Gaya duduk dan balpen standar yang terselip di sakunya mengingatkan kita pada A. S. Laksana, kolomnis yang tulisannya setiap hari minggu bisa Anda baca di Jawa Pos. Jika Anda masih tidak percaya, jangan tanyakan kebenaran perkataanku itu pada lelaki di samping kiriku itu. Karena ia pasti tidak mau berkata jujur. Serius. Kalau masih ngotot tidak percaya, coba saja tanyakan padanya.

Sebelum pertanyaan itu dijawab olehnya, jawabannya sudah bisa aku tebak. Dengan muka serius, atau sedikit senyum tapi kecut, dia pasti mengatakan, “Ayie’ itu Jhube’ (Jelek), buktinya dia udah berulangkali ditolak cewek.” Hehe... aku harap jangan percaya kata-kata itu, lima puluh persen keliru, karena dia pasti mendapat bisikan halus dari jin.

 
 Pertanyaan kedua: jika si Supriyadi cocoknya menjadi pemikir kritis trasformatif, terus si Jakfar menjadi tokoh tafsir hermeunetik, kemudian si Rusli menjadi Filosof abad ini. Lalu aku sendiri cocoknya menjadi apa?
Untuk menjawab pertanyaan itu baiknya kita lihat dulu orangnya, gaya berfotonya. Saat melihat gambarku itu, pernahkah terlintas dalam benak Anda kalau aku mirip Ariel Peterpen? Tentu tidak. Ariel tidak memakai kacamata dan saat manggung tidak pernah memakai peci hitam seperti aku. Jadi aku mirip siapa? Soe Hok Gie-kah? Ahmad Wahib-kah? Atau lebih mirip Afgan?
Untuk yang terakhir sebaiknya jangan. Kasian Afgan, dia tidak akan sudi dimirip-miripkan dengan aku. Dengan sedikit pede, aku juga tidak sudi dikatakan saudara kembar Afgan. Aku bukan vokalis, juga tidak mau dikatakan penyanyi. Dan aku ijinkan Anda untuk mengatakakan aku ini mirip Gie atau Wahib. Salah satu temanku berkata, “dasar katak yang ngaku-ngaku pangeran!”

 
 
          Melihat fotoku yang ini, jangan pernah menyangka kalau aku ini kontestan da’i cilik yang nyasar di OPAK (Orientasi Pengenalan Akademik Kampus) UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Tapi berpikirlah kalau aku itu mirip D. Zawawi Imron. Kalau pikiran Anda tidak bisa pergi ke arah itu, paksalah agar mengarah ke sana, lagipula berpikir kearah itu tidak tergolong pemikiran yang bebas. Jadi, Anda tidak akan pernah di anggap kafir oleh MUI atau kelompok Islam garis keras. 

Penutup
          Sebenarnya aku ingin berbicara banyak tentang foto-fotoku itu. Dan juga banyak foto-foto yang ingin aku kisahkan pada tulisan ini, tapi waku tidak memunyai waktu banyak untuk menulis itu semua.
          Foto-Foto di atas benar-benar asli tanpa ada perubahan sedikitpun. Sedangkan tulisannya memang sedikit aku buat-buat, dengan maksud yang tidak lain, tidak bukan agar tulisannya bagus meskipun orangnya tidak sebegitu bagu (Ini baru pengakuan yang agak jujur).
          Akhirnya dariku, kritik dan saran yang membangun tetap kami harapkan.
Kamis, 13 Januari 2011  

1 komentar: