Hari ini hari pertama UTS. Ujian Pertamaku adalah
Ilmu Kalam Kontemporer. Kebajikan yang harus ditanamkan dalam diri jika sampai
pada musim UTS ini adalah: jangan pernah serius belajar untuk ujian. Karena
nilai ujian itu ternyata tidak ada sangkut pautnya dengan jawaban Anda di UTS
atau pun UAS, itu bagi para pengagum nilai. Lebih baik belajar hal lain.
Dulu, ada teman yang menjawab soal matakuliah
tasawuf dengan lagu Ebit G. Ade, ada juga yang hanya bercerita tentang
perjalanan unta, dan mereka yang menjawab itu mendapat nilai B plus.
Luar biasa, kan! Aku pun tidak mengerti, bagaimana cara si dosen memberi nilai. Apakah si dosen
itu penggemar lagu-lagu Ebit dan penyayang binatang, atau asal-asalan memberi
nilai. Semua itu, dalam benakku, masih menjadi suatu misteri.
Sebenarnya hanya tiga hal yang perlu diperhatikan
dalam mengerjakan UTS. Pertama, pastikan
saudara masuk di kelas yang benar, jika tidak segera pindah ruang. Kedua, tulis dengan jelas nomor urut
presensi, nama, NIM, semester/jurusan, mata ujian, tanggal, dosen penguji, dan
tanda tangan pada lembar jawaban. Dan, ketiga,
tulis jawaban Anda dengan rapi dan mudah dibaca.
Kalau belum jelas, Semua itu bisa dibaca di atas
deretan soal, dalam kolom, yang biasanya di awali dengan kata ‘Perhatian!!!”.
Makanya jangan terburu-buru membaca soal ujian, bacalah dengan cermat dan
teliti.
Jadi, dalam menjawab soal ujian tidak harus
menjawabnya dengan benar. Tidak ada perintah. Tidak ada yang menyuruh untuk
menjawab dengan kebenaran yang diinginkan dosen. Bercerita tentang kegiatatan
sehari-hari juga tidak masalah, yang
penting ada keberanian untuk menuliskannya di atas lembar jawaban ujian.
(Ini hanya dugaan!)
Izin copas
BalasHapus