Kuceritakan Saja Semuanya


Aku tak menemukan satu kata pun yang ingin kutulis pada kertas kosong ini. Akhir-akhir ini gairah membacaku memang semakin terpuruk, jatuh meringis dengan kesibukan-kesibukan yang sebenarnya tak perlu kulakukan. Makanya aku selalu kesulitan dalam menulis.
Berkali-kali aku telah membakar semangat untuk selalu membaca. Hasilnya berkali-kali pula semangat yang ada dalam jiwaku bernasib sial, mati suri dan tak berumur panjang. Aku lebih suka bermain playstation daripada berbulan madu dengan buku dalam kamar. Lebih ingin dimuat di hati si dia daripada karyaku mejeng di surat kabar. Dan lebih senang melayani sms daripada berdiskusi bersama teman-temanku dipondok. Aneh bukan?
Itulah masalah yang akhir-akhir ini menggangguku. Buku-buku yang aku pinjam dari Perpusatakaan tergeletak tak kubaca. Beberapa cerpenku juga menumpuk tanpa ending. Kalau masalah tentang si dia, aku masih dapat meraih hasil, aku masih bisa membuat puisi cinta karena luapan perasaanku yang sudah tak terbendung. Tentunya puisi itu untuk koleksi pribadi. Karena kalau nanti dibacakan saat kajian sastra di pondok, pasti seniorku akan menyendirku, mengatakan aku ini seperti anak SMA. Biarlah. Dan akan tetap kuabadikan semua ceritaku.
...
Boleh saja orang mengatakan, perempuan terlihat cantik itu saat bangun tidur. Roem Topatimasang juga mengatakan kalau perempuan tampil begitu cantik saat mengenakan seragam sekolah. Tadi aku melihat dia. Saat itu dia tidak sedang mengenakan seragam sekolah atau baru bangun tidur, tapi dia menjadi perempuan paling cantik yang kulihat sore itu. Amboi. Andai saja waktu itu ada orang yang menanyakanku seperti apa bidadari surga itu, maka dialah jawabanku.
Temanku berkata padaku, “Jangan terlalu berharap untuk mendapatkan dia, bisa saja kau seperti punguk yang merindukan bulan”. Benar. Biarlah catatan harianku saja yang mengabadikan luapan perasaanku itu, daripada kuungkapkan padanya.
jum’at, 10 Desember 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar