Kejadian Mencuci Baju


Sepulang dari Gorong-Gorong Institute, aku langsung merebahkan tubuh dengan mata yang masih mengantuk di atas kasur. Maunya sih tidur lagi. Maklum, semalam tidur jam dua-an. Melihat jendela kamar yang terbuka lebar, tampaknya cuaca cukup cerah. Aku malah gak jadi mengantuk lagi. ini adalah situasi yang tepat untuk mencuci baju kotor yang sudah menumpuk di pojok kamar kost. Sprei kasur tampaknya juga sudah mengeluarkan pendapat tidak enak, bau mimpi-mimpi buruk.
Kubawa segala jenis pakaian kotor itu di tangan kananku, seperti tuhan yang katanya membawa jodoh-jodoh semua umat manusia (bagi yang beriman, hati-hati murtad). Kuberjalan menuruni tangga, melewati halaman rumah Bu Kost, kemudian sampailah di sumur misteri yang banyak digantung di pinggirnya jemuran milik Bu Kost: ada daster, baju sekolah anaknya, pakaian suaminya, dan…. Segitiga pengaman ninja juga banyak bergantungan di sumur tua itu. Mengerikan!
Sebenarnya aku tidak suka dan tidak mau untuk melihat benda-benda aneh bin sakral semacam itu. Tetapi aku sudah tidak berdaya lagi, tidak tahu harus berbuat apa, jarak benda aneh itu begitu dekat dengan tempatku merendam pakaian. Sungguh tak ada tabir yang menghalangi antara aku dan itu.
Aku balik lagi, bersembunyi di dalam kost sambil mendengarkan suara telepon orang tak dikenal di HP LG pinjaman kekasihku, sementara pakaian kotor kubiarkan berendam sesuai dengan rambu-rambu sabun cuci yang aku pakai.
Setelah beberapa menit kemudian, aku kembali kesumur tua itu untuk memenuhi panggilan mengkucek dan membilas baju.
Konsentrasiku malah jadi buyar. Tidak begitu menghayati mencuci. Seperti sedang memangku beban moral yang sangat berat. Benda segitiga seuperman itulah penyebabnya. Makanya, sambil mengkucek sprei kasur, aku selalu memejamkan mata dengan penuh harap tidak digoda oleh makhluk-makhluk gaib. Karena menurut rumor yang beredar di kalangan mahasiswa, makhluk paling jahat adalah makhluk yang bersembunyi di dalam segitiga ninja itu. Entah itu hanya isu saja, sekedar mitos, atau sudah terbukti secara ilmiah. Aku masih belum tahu kebenarannya. Hanya saja aku gampang percaya pada isu murahan, bagaimanapun isinya, termasuk isu mahasiswa tentang misteri di balik segitiga ninja itu.
Akhirnya selesailah pekerjaanku mencuci bajuku. Lalu, Kujemur di belakang kostku. Biar cepat kering, mumpun cuaca begitu bagus: langit cerah dan tak ada mendung sedikitpun. Ah, lega rasanya.
Ya, begitulah cerita hari ini yang aku buat-buat dengan membumbui banyak kebohongan di sana-sini. Agar kelihatan menarik, seperti tulisan orang yang ingin disebut hebat. Atau paling tidak, aku ingin menyadarkan diriku sendiri sebagai penikmat kata-kata, bahwa tulisan bisa menjadi media berbohong, tempat mengabadikan kebohongan. itupun kalau benar kalimat yang berbunyi, “Yang tertulis akan tetap mengabadi, yang terucap akan berlalu bersama angin.”
Sabtu, 09 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar