Buanglah
malam Minggu. Dalam seminggu hanya ada tujuh hari—entah, terlepas apakah tujuh
malam juga termasuk dalam hitungan waktu dalam seminggu. Gunakan waktu sebaik
mungkin. jangan sampai mengundang rasa sesal. Lebih-lebih bila kesedihan yang
memilih untuk datang mengancam, bukan bertamu dengan berbagi banyak hal.
Apakah
ada yang pernah bertanya, mengapa kebanyakan orang mengajak kencan kekasihnya
harus pada malam Minggu? faktor gen, keturunan pasangan yang suka malam
mingguan; sekedar mempertahankan tradisi ‘kakak’ moyang (nenek moyang kita
tidak mungkin melakukan hal seperti itu, karena mereka seorang pelaut); atau hanya
ikut-ikutan tanpa harus tahu sebabnya. Alasan terakhirlah yang kata Fahruddin
Faiz termasuk dalam golongan manusia yang sudah kehilangan curiosity atau rasa ingin tahu: rasa heran, takjub dan ingin
menyingkap kebenaran sesuatu yang menarik hatinya tetapi masih misterius.
Alangkah
lebih bijak seseorang jika tidak terlalu percaya pada kesakralan malam Minggu. Dipertanyakan
terlebih dahulu. Diragukan terlebih dahulu. Jangan sampai menjadi seorang yang
hanya sekedar mengekor pada tradisi buram tanpa keterangan pasti. Karena Semua
malam pasti memiliki ruh keindahan masing-masing.
Aku pernah berkunjung ke tempat seseorang yang
kuanggap kekasih [terlepas apakah dia juga menganggapku seperti itu atau tidak],
di sana aku juga mendapatkan kebahagian yang tak terkira. Juga penuh cerita.
Padahal malam itu adalah malam Sabtu, bukan malam Minggu.
Teman-teman
di Gorong-Gorong Institute juga tetap bisa tertawa setiap malam, tidak perlu
menunggu malam ini dan malam itu. Kata Remi Silado, “Jangan terbiasa menunggu,
tapi mari kita jemput,” jika bisa hari ini, kenapa harus menunggu besok. Jika
kau yakin keindahan hanya ada pada malam minggu, maka tunggulah malam itu
datang. Namun apabila percaya keindahan itu tidak hanya ada pada malam itu,
maka keindahan akan datang padamu setiap malam.
Sebelum
kuakhiri tulisan yang tidak jelas arah dan tujuannya ini, saya kutipkan satu
paragraf tulisannya Fauz Noor dalam bukunya Tapak Sabda:
Berbicara masalah keindahan maka
kita akan berbicara seni. Apakah seni? Herbert Read menulis dalam The Meaning
of Art, “Seni secara sederhana sering didefinisikan sebagai usaha menciptakan
bentuk-bentuk yang menyenangkan.” Kemudian, apakah hakikat keindahan dan
bentuk-bentuk yang menyenangkan itu? Herbert Read menjawab, “Bentuk-bentuk yang
memuaskan penghayatan keindahan kita dan penghayatan keindahan itu apabila kita
mampu mengapresiasi kesatuan hubungan-hubungan formal antara indera tanggapan
kita.
Kemudian,
masihkah malam Minggu akan selalu indah?
Senin, 31 Desember 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar